Selamat Datang

Selamat datang di website SimpulDemokrasi. Dalam Situs ini anda dapat menyimak informasi-informasi terbaru tentang Demokrasi di Indonesia. Selain itu komentar, opini maupun analisis tentang topik demokrasi dan penguatan simpul demokrasi juga dapat anda simak, termasuk info-info aktual terkait topik demokrasi negeri ini. Anda bisa berpartisipasi menyemarakkannya disini.
Google

Minggu, 15 Juli 2007

Makna “Kemerdekaan“ Bagi Rakyat Kecil


Tinggal Beberapa Minggu lagi ulang tahun Kemerdekaan RI ke 63 akan kita rayakan bersama baik oleh rakyat prasejahtera, maupun rakyat yang sejahtera. Kita bergembira dan berbahagia karena ini adalah hari peringatan pembebasan dari kekejaman “Penjajah“. Maka terlihatlah partisipasi tulus seperti mengganti Pagar, mengecatnya, memasang Umbul-umbul dan Bendera bahkan mengecat dego-dego dengan warna heroik Merah Putih sambil menuliskan “Dirgahayu Kemerdekaan RI Ke 63“.

Alangkah tulusnya mereka memaknai hari bersejarah itu, mereka tidak pernah surut cintanya pada tanah airnya Indonesia, walaupun republik ini dihiasi oleh berita-berita korupsi, penyeludupan, ketidak adilan dan berita-berita lainnya yang mengecewakan, dimana seharusnya mereka sudah terbebas dari penjajahan ekonomi, politik, pendidikan, dan lain-lain. Tapi barangkali masih ada seberkas cahaya optimisme di kalbu dan pikiran rakyat kecil, setelah mencermati beberapa kebijakan Pemerintahan SBY, yang langkah-langkahnya mulai menebar senyum dikalangan rakyat, yang mendambakan makna sebenarnya sebuah kemerdekaan. Tapi optimisme rakyat kini kembali menjadi kekecewaan, figur kebijakan pemerintah sekarang hanya sebatas senyuman kecil untuk rakyat tanpa ada tindakan untuk membangkitkan mereka dari keterpurukan hidup selama ini dan kini nasionalisme bangsa terasa kian meredup sinarnya. Sebab utamanya adalah kian maraknya praktik negatif kekuasaan. Mulai dari buruknya kinerja serta rusaknya etika birokrat, elite politik, para penegak hukum, tindakan-tindakan represif negara, sampai pada ketidakadilan pembagian "kue pembangunan" telah mengakibatkan makin menguatnya gejala ketidakpatuhan sosial di dalam masyarakat. Hal itu kemudian mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap Negara, seperti halnya Ibu Sumiatun saat di tanya Simpul Demokrasi yang tinggal di perkampungan pemulung Lopadas Kota Malang Kecamatan Blimbing, “biarlah kemerdekaan ini terus kita songsong bersama-sama, kita rayakan untuk para pejuang tanah air kita, tapi yang saya harapkan adalah keluar dari tempat ini, membangun rumah sekalipun kecil dan mendidik anak-anak saya agar tidak seperti saya. Jangan mengharap uluran tangan dari pemerintah, karena saya tahu dia tidak akan memprihatikan kita, maka kitalah yang harus berusaha sendiri sekalipun memang susah, karena saya “sambil menangis”, dari kecil sampai sekarang hidup saya susah, maka dari itu jangan sampai anak-anak saya merasakan hal yang sama seperti saya”, tuturnya.

Begitu pula dengan Pak Karwan, nelayan Sendang Biru Kabupaten Malang dan Pak Rudianto, petani sayuran di Sendang Biru mengatakan “Selama pertanian dan perikanan belum dapat memberikan pendapatan yang wajar untuk merubah rumah rewot menjadi layak huni, mampu membiayai pendidikan anak-anak kami. Masihkah kita merasa bahwa hasil kemerdekaan telah dirasakan rakyat-rakyat kecil seperti kami! selama nelayan belum menikmati pendapatannya sebagaimana yang diterima oleh pemilik warung/restoran “Sea Food“, Masihkah kita mengatakan kita sudah memerdekakan petani/nelayan dari penjajahan ekonomi, seharusnya mereka (elite politik) paham betul tentang hal ini dan benar-benar mereka bekerja untuk kepentingan kami semua, tandasnya”,

Dengan kemerdekaan negara Indonesia yang tidak akan lama lagi kita rayakan, Hari Proklamasi 17 Agustus yang ke 63 kalinya berarti kita semua sepakat bahwa masih banyak yang harus dibenahi, agar kita benar-benar merdeka dari berbagai resiko bencana sosial dan ekologi yang ada disekeliling kita. Mari mulai menata dengan merencanakan ulang pembangunan secara lebih pratisipatif, ekologis dan berkelanjutan, agar ketika kita mempersoalkan kemerdekaan kita dimasa depan, kita telah merdeka dari berbagai resiko bencana dan kita tidak boleh melupakan begitu saja apa yang telah terjadi di masa lalu, sebagai pelajaran bagi generasi kita dewasa ini dan generasi di masa datang. Dengan mengingat pengalaman masa lalu, maka kita bisa memandang dengan lebih jernih arah yang perlu ditempuh oleh bangsa kita di masa depan. Sebab, masih banyak sekali kerusakan-kerusakan parah yang dibikin Orde Baru yang harus diperbaiki, di samping adanya begitu banyak masalah-masalah baru yang muncul. Oleh karena itu, bagi rakyat Indonesia tidak ada jalan lain, kecuali meneruskan perjuangan revolusioner untuk menuntaskan reformasi dan membersihkan tanah-air dari sampah-sampah Orde Baru, sambil terus mengkonsolidasi demokrasi. Dirgahayu-lah Republik Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika!. (Iwan).

0 Comments:

Word of the Day

Article of the Day

This Day in History

Today's Birthday

In the News