Selamat Datang

Selamat datang di website SimpulDemokrasi. Dalam Situs ini anda dapat menyimak informasi-informasi terbaru tentang Demokrasi di Indonesia. Selain itu komentar, opini maupun analisis tentang topik demokrasi dan penguatan simpul demokrasi juga dapat anda simak, termasuk info-info aktual terkait topik demokrasi negeri ini. Anda bisa berpartisipasi menyemarakkannya disini.
Google

Rabu, 03 Oktober 2007

Wimar Witoelar: Demokrasi sudah lahir, bagaimana membesarkannya?


Mahasiswa ITB meminta tulisan mengenai demokrasi dan masa depannya, sebanyak sepuluh halaman. Wah, kata WW, besar sekali topiknya dan panjang sekali tulisannya. Sepuluh halaman adalah 7500 kata, jauh diatas kebiasaan WW. Yadeh, tulis aja sekuatnya. Lagipula, demokrasi harus lebih banyak dipraktekkan daripada dibahas.

Ibarat kelahiran bayi, kelahiran demokrasi di Indonesia tahun 1998 adalah suatu mukjizat. Tidak kelihatan pertumbuhan embryo demokrasi sebelum Soeharto jatuh, tahu-tahu lahir sebagai bayi sehat. Lengkap dengan semua perangkatnya, pers bebas, perubahan politik, peraturan kepartaian, pemilihan umum. Tapi apakah berarti demokrasi sudah hadir di Indonesia?


Thanom Kittikachorn

Di Thailand, dilakukan upaya mendirikan demokrasi sejak pergolakan mahasiswa dan kelas menengah ditahun 1973 menggulingkan pemerintahan Jendral Thanom Kittikachorn. Walaupun beberapa kembali ke pemerintahan militer, namun dengan militer macam Prem Tinsulanonda yang beraspirasi demokrasi, lambat laun demokrasi


Prem Tinsulanonda

berkembang di Thailand. Thaksin Shinawatr memerintah dengan partai yang menang Pemilu. Dengan pengalaman demokrasi lebih dari tigapuluh tahun, pemilu yang demokratis, parlemen yang terbuka dan konstitusi yang dibuat oleh rakyat, harusnya emokrasi Thailand sudah kokoh. Tapi ternyata kasus tuduhan korupsi, ketidak puasan kelas menengah, dan kekesalan Angkatan Bersenjata Thailand bergabung dengan arogansi Perdana Menteri Thaksin. Akhirnya orang tidak tahan lagi. Ketika ia digulingkan oleh kudeta militer, banyak orang bersorak gembira. Ini terjadi tidak lama setelah suatu pemilihan umum mengokohkan kembali Perdana Menteri yang pengusaha top Thailand itu.


Thaksin Shinawatr

Yang aneh adalah, bahwa kudeta militer itu mendapat dukungan masyarakat, paling tidak menurut pengamatan informal di jalanan. Cerita ini berbeda tapi ada persamaannya dengan kejadian setelah Gerakan 30 September ketika Presiden Soekarno digulingkan oleh Angkatan Darat. Kejadian ini seperti di Thailand merupakan kudeta militer, hanya bedanya adalah kejadiannya berdarah dan regime Soekarno yang digulingkannya bukan pemerintahan demokratis seperti pemerintah Thaksin. Orde Lama Soekarno sangat totaliter, sama totaliter dengan Orde Baru Soeharto bila kedua-duanya dilihat pada tahun-tahun terakhirnya. Perbedaan lain yang penting adalah, kudeta militer di Thailand tidak berdarah, sedangkan peralihan Orde Lama dan Orde Baru mengambil korban ratusan ribu jiwa.


B.J. Habibie

Sekarang kita berada dalam sistem demokrasi. Sejak 1998, banyak kemajuan telah tercapai. Mulai dengan pembebasan tahanan politik dan pembebasan pers pada kepresidenan Habibie, dilanjutkan dengan terobosan mendasar dalam pluralisme yang menghargai keragaman manusia, dan penempatan militer dalam posisi yang tidak mencekam warga, penghayatan problem khusus di Aceh dan Papua, Indonesia telah melakukan langkah maju. Paling penting adalah kesadaran akan pentingnya demokrasi, hak azasi dan pluralitas.


Abdurrahman Wahid

Kesadaran demokrasi kita dibuahkan menjadi aktualitas kehidupan yang lebih nyaman. Artinya, demokrasi kita sudah sampai pada tingkat intelektual tapi belum banyak menyentuh orang biasa. Orang biasa menunjukkan perilaku feodal, terlalu menghormati pejabat dan kurang yakin dalam pengertian hak demokratis. Bos dihormati secara otomatis, bukan diambil konsep ilmunya, sehingga yang muncul adalah hubungan kekuasaan dan bukan kecerdasan kolektif. Seorang gubernur tetap dipanggil dengan nama kesayangan mulai Bang Ali sampai Bang Yos, tanpa memperhitungkan kemungkinan bahwa jabatan gubernur itu dipakai melawan rakyat, bukan demi rakyat. Walaupun sudah banyak indikasi korupsi dari kekayaan yang berlimpah-limpah dan penciptaan proyek yang memperkaya penguasa, pejabat penguasa terus saja menjadi orang VIP yang terhormat dalam pergaulan sehari-hari.

Banyak orang yang melakukan protes, tapi mereka adalah aktivis keras yang memang sangat sadar akan hak demokratis, bahkan fokus hidupnya diabdikan untuk melawan penguasa. Orang biasa berada dalam jarak jauh dari aktivis ini, memilih hidup damai dan mencari nafkah tidak mau ribut. Pada tingkat ekstrim, aktivis mencari perkara untuk dilawan, sedangkan orang biasa menghindari konflik dengan mengabaikan issue sosial dan menenggelamkan diri dalam kehidupan kecil.

Padahal kehidupan biasa sangat bisa dijalankan dengan kesadaran akan hal- hal yang lebih besar. Paling tidak, rugi sendiri kalau orang biasa mengabaikan soal politik. Dan orang politik akan tidak relevan jika mengabaikan kehidupan biasa.

Cita-cita kita adalah agar aktivis dan orang biasa berbaur. Perjuangan tidak hanya untuk pejuang, tapi untuk orang biasa juga. Melawan ‘good guy’ bukan hanya kegiatan aktivis, harus bersama-sama ‘good guy’ dan orang biasa. Pengembangan profesional dan emosional tidak hanya untuk orang biasa, tapi untuk aktivis juga.

Aktivis yang sok aktif tidak jauh berbeda dengan pejabat yang arogan. Hanya dengan menyebarkan penghayatan demokrasi kepada orang biasa, dapat tercapai kehidupan demokrasi yang bertahan lama. Dan hanya dengan sadar akan realitas, aktivis bisa lebih efektif daripada demonstratif.


George W.Bush

Presiden George W. Bush menjalankan pemerintahan Amerika Serikat secara anti-demokratis sejak 11 September 2001. Jutaan orang dan puluhan pemerintahan di dunia terganggu oleh unilateralisme dan arogansi pemerintahan AS. Politiknya di Irak mengundang demonstrasi ganas di semua kota besar di dunia termasuk London dan Washington. Akhirnya dia jatuh juga, kehilangan dukungan di dua kamar Kongres dan gubernur negara bagian.

Ini contoh kasus yang berbeda dengan kudeta Thailand. Kejahatan pemerintahan George Bush jauh lebih besar dari pemerintahan Thaksin Shinawatr. Tapi Thaksin harus digulingkan oleh kudeta militer, Bush digulingkan oleh pemilihan umum. Itu karena demokrasi Thailand baru berusia 30 tahun, demokrasi Amerika Serikat 230 tahun. Di Indonesia, demokrasi baru lahir, sekarang harus dibesarkan.

0 Comments:

Word of the Day

Article of the Day

This Day in History

Today's Birthday

In the News